Nah nah nah~ rame ini. Sekitar 4 hari yang lalu (22/3) demo taxi massal. Ckckck~ banyak sekali supir taxi turun ke jalan, yang masih ngakut penumpang dipaksa ikut demo juga. Titik demo utama ke kemkominfo dan DPR RI. Pakai acara anarkis lagi.. Weh weh..
Logo salah satu taxi plat kuning yang demo. Mendominasi.
Apasih tujuan mereka demo? Tidak lain tidak bukan karena mereka tidak terima harus bersaing dengan transportasi online. Mereka tahu transportasi online berplat hitam itu tidak "berizin", tidak dikenakan "pajak", tidak ada "kir" untuk uji kelayakan kendaraan, tidak ada ketentuan tarif yang diatur pemerintah daerah dan organda, tidak ada penentuan trayek, tidak ada pul, tidak berbadan usaha, dengan semua "ketidakpunyaan" itu, si plat hitam online tetapi bisa mengangkut penumpang layaknya plat kuning, dengan ongkos otomatis murah. Plat kuning? Ngamuk!.
Badan usaha? Lah itu grab sama uber kan PT. Nah ini, grab sama uber itu PT untuk transportasi atau PT aplikasi online? Itu beda ya. Itu aja belum jelas kemananya.
Hmm tadikan perijinan.. Bagaimana dengan aplikasinya, mereka supir taxi tidak suka juga?
Siapa bilang mereka tidak suka aplikasi online, mereka menerima kecanggihan teknologi. Mereke juga sadar, semakin lama teknologi semakin canggih, tak ada masalah dengan itu. Mereka mau bersaing dengan transportasi berbasis aplikasi online asal semua perizinan sudah beres dan jelas. Bersaing sehat.
Ini nih bukti kecanggihan teknologi dalam bentuk pemesanan transportasi lewat aplikasi online. Taxi plat kuning juga mengakui kemudahan ini.
Dengan aplikasi ini, tinggal klik klik, terus dijemput deh, nama dan plat nomor yang jemput juga tertera. Murah dan aman.
Muncul rasa ketidakadilan itu, pendapatan supir plat kuning jauh berkurang, masyarakat tidak mau tahu. Asal bisa mengangkut penumpang, murah, aman, plat warna apa aja terserah, masyarakat pasti cenderung ke sana. Siapa sih yang gamau murah dan nyaman.
Nah inilah.. Inilah.. Kenapa dari awal dibiarkan tanpa ijin. Sekarang sudah melebar dan jadi buah simalakama. Yang ini ngerasa iri dan pesaingnya dianak-emaskan.
Kemkominfo tidak mau menutup aplikasi online, menurut mereka itu bukan wewenang mereka tapi kementerian perhubungan dan pemdanya. Supir taxi plat kuning, udah diujung ubun-ubun kesalnya. Mereka terpaksa minta aplikasi ditutup karena praktek transportasi ilegal (plat hitam yang ngangkut penumpang) terus bergerilya tanpa peraturan mengikat. Ini urusan perut jatoh-jatohnya.
Akhirnya reaksi juga, ada tindakan dari pemerintah. Pemerintah memberikan kelonggaran pengurusan ijin transportasi online hingga akhir mei dan melarang ekspansi selama pengurusan ijin usaha. Entahlah, setelah mei terjadi apa lagi.
Hmm begini, saya tidak alergi dengan aplikasi online atau plat kuning. Ya tapi mereka baiknya bersaing sehat saja. Saya juga ada rasa takut kalau naik angkutan dikejar-kejar kelompok tertentu.
Btw, Apa kau pernah naik transportasi online?
Pernah. Sekali. Saya ga manja. Ya itu juga karena kepepet karena ga ada angkot, adanya ojek pangkalan yang tarifnya mahal dan suka-suka dia, dia juga plat hitam. Sama-sama plat hitam dengan grab bike, ya naik grab bike aja.
Plus minus ada dikeduanya,
Yang plat hitam, ga punya ijin.
Yang (taxi) plat kuning jadi mahal tapi resmi, ada taxi nakal kadang-kadang argonya suka "diakalin", kadang suka muter-muter biar makin mahal.
Faktanya, dua-duanya juga bikin macet.
Gue sukanya transportasi plat kuning tapi masal. Macem bis gede dan kereta tapi jaringannya harus menyeluruh. Klo itu jalan, jalanan ga penuh kendaraan dan pemakaian bbm jadi hemat, udarapun segar.
Actually, I love mass transportation!!
Sekian^^
Logo salah satu taxi plat kuning yang demo. Mendominasi.
Apasih tujuan mereka demo? Tidak lain tidak bukan karena mereka tidak terima harus bersaing dengan transportasi online. Mereka tahu transportasi online berplat hitam itu tidak "berizin", tidak dikenakan "pajak", tidak ada "kir" untuk uji kelayakan kendaraan, tidak ada ketentuan tarif yang diatur pemerintah daerah dan organda, tidak ada penentuan trayek, tidak ada pul, tidak berbadan usaha, dengan semua "ketidakpunyaan" itu, si plat hitam online tetapi bisa mengangkut penumpang layaknya plat kuning, dengan ongkos otomatis murah. Plat kuning? Ngamuk!.
Badan usaha? Lah itu grab sama uber kan PT. Nah ini, grab sama uber itu PT untuk transportasi atau PT aplikasi online? Itu beda ya. Itu aja belum jelas kemananya.
Hmm tadikan perijinan.. Bagaimana dengan aplikasinya, mereka supir taxi tidak suka juga?
Siapa bilang mereka tidak suka aplikasi online, mereka menerima kecanggihan teknologi. Mereke juga sadar, semakin lama teknologi semakin canggih, tak ada masalah dengan itu. Mereka mau bersaing dengan transportasi berbasis aplikasi online asal semua perizinan sudah beres dan jelas. Bersaing sehat.
Ini nih bukti kecanggihan teknologi dalam bentuk pemesanan transportasi lewat aplikasi online. Taxi plat kuning juga mengakui kemudahan ini.
Dengan aplikasi ini, tinggal klik klik, terus dijemput deh, nama dan plat nomor yang jemput juga tertera. Murah dan aman.
Muncul rasa ketidakadilan itu, pendapatan supir plat kuning jauh berkurang, masyarakat tidak mau tahu. Asal bisa mengangkut penumpang, murah, aman, plat warna apa aja terserah, masyarakat pasti cenderung ke sana. Siapa sih yang gamau murah dan nyaman.
Nah inilah.. Inilah.. Kenapa dari awal dibiarkan tanpa ijin. Sekarang sudah melebar dan jadi buah simalakama. Yang ini ngerasa iri dan pesaingnya dianak-emaskan.
Kemkominfo tidak mau menutup aplikasi online, menurut mereka itu bukan wewenang mereka tapi kementerian perhubungan dan pemdanya. Supir taxi plat kuning, udah diujung ubun-ubun kesalnya. Mereka terpaksa minta aplikasi ditutup karena praktek transportasi ilegal (plat hitam yang ngangkut penumpang) terus bergerilya tanpa peraturan mengikat. Ini urusan perut jatoh-jatohnya.
Akhirnya reaksi juga, ada tindakan dari pemerintah. Pemerintah memberikan kelonggaran pengurusan ijin transportasi online hingga akhir mei dan melarang ekspansi selama pengurusan ijin usaha. Entahlah, setelah mei terjadi apa lagi.
Hmm begini, saya tidak alergi dengan aplikasi online atau plat kuning. Ya tapi mereka baiknya bersaing sehat saja. Saya juga ada rasa takut kalau naik angkutan dikejar-kejar kelompok tertentu.
Btw, Apa kau pernah naik transportasi online?
Pernah. Sekali. Saya ga manja. Ya itu juga karena kepepet karena ga ada angkot, adanya ojek pangkalan yang tarifnya mahal dan suka-suka dia, dia juga plat hitam. Sama-sama plat hitam dengan grab bike, ya naik grab bike aja.
Plus minus ada dikeduanya,
Yang plat hitam, ga punya ijin.
Yang (taxi) plat kuning jadi mahal tapi resmi, ada taxi nakal kadang-kadang argonya suka "diakalin", kadang suka muter-muter biar makin mahal.
Faktanya, dua-duanya juga bikin macet.
Gue sukanya transportasi plat kuning tapi masal. Macem bis gede dan kereta tapi jaringannya harus menyeluruh. Klo itu jalan, jalanan ga penuh kendaraan dan pemakaian bbm jadi hemat, udarapun segar.
Actually, I love mass transportation!!
Sekian^^
posted from Bloggeroid
Komentar
Posting Komentar