Ya walaupun beritanya udah agak lama sedikit. Apa salahnya di tulis, ya toh.
Okeh. Sijak!
Jujur aja, gue baru ngeh istilah LGBT (Lesbi, Gay, Bisexual, Transgender) dari berita tentang organisasi pendukung LGBT, yakni SGRC (Support Group and Resource Center on Sexuality studies) yang markasnya di UI, didirikan sama anak lulusan UI, katanya juga SGRC pakai embel2 UI karena semua aktivitasnya di UI. Tapi~~ faktanya UI tidak pernah melegalkan organisasi tersebut dengan menggunakan nama UI. Walah ngaku2 dong namanya? Ga ijin itu~..
Pas ketahuan, baru deh ngajuin diri biar dapet ijin UI nya. Ga diijinin juga kalau ga salah.
Karena SGRC tadi, UI sempat dikira mendukug LGBT. Tujuan SGRC ini adalah menberikan pemahaman menyeluruh tentang masalah genre dan sexualitas. Ya intinya mengarah ke keinginan kaum LGBT diperlakuan sama dengan orang normal dan bukan dianggap memiliki orientasi menyimpang.
Berawal dari SGRC itu, bak gayung bersambut walau bukan sengaja, muncullah kasus mirna, yang meninggal karena kopi sianida. Jessica sebagai tersangka, diduga suka sama mirna alias lesbi tapi belum terbukti.
Ada lagi kasus yang berkaitan sama LGBT lagi, kasus indra bekti artis multitalent, bang bekti disangkakan melakukan pelecehan sexual ke sesama jenis, yakni terhadap gigih, si gigih mau aj karena diimingi jadi artis terkenal, adalagi korban lainnya yang lapor tapi belum tau kelanjutannya gimana.
Lanjut ke kasus bang ipul yang menyusul indra bekti, kasus ngelecehin sesama jenis, umurnya 16 thn inisial DS. Dari disuruh nginep, minta pijit, terus dilecehin, tapi masih dalam tahap pembuktian.
Jadi rame deh, ternyata LGBT sudah sedemikian berkembang di negeri ini.
Kalau lu tanya gue, dukung atau ngga? Jawaban gue, gue ga dukung LGBT dilegalkan. Tapi gue dukung LGBT yang mau berubah kembali ke kodratnya waktu lahir.
Kenapa ga dukung?
Gue bukan penceramah tapi jelas di agama tidak ada setengah laki setengah perempuan, laki itu sukanya perempuan, begitu sebaliknya. Lu pasti tau kaum Nabi Luth kan tentang kaum penyuka sesama jenis? Itu kaum diazab sama Allah, berarti itu kaum salah buanget.
Kalau jaman sekarang ada pemikiran fisik laki, jiwa perempuan. Itu hanya pemikiran lu yang salah. Lu laki dan harus jadi laki, balik ke kodrat lu, jangan ikutin bisikan dan pemikiran setan. Sudah tertulis di kitab suci laki atau perempuan. Kalau lu ditengah2nya berarti lu salah. Agama ga pernah salah, agama itu suci.
Berobat, beribadah adalah cara tepat. Bukannya nyari komunitas yang sama salahnya. Kesalahan lu jadi ga pernah bener nanti. Kacau hidup lu. Lu dibilang kemayu? Lu harus buktikan lu laki. Lu harus berkegiatan layaknya laki normal. Pasti bisa! Doa! biar setan yang bisikin lu ngilang.
Lu ngerasa lebih tertarik liat sesama laki? Dengar~ itu bukan cinta, itu nafsu yang menyesatkan. Cinta itu yang mendekatkan kita sama Allah bukan menjauhkan. See~
Begitupun berlaku bagi LBT.
Kaum LGBT bisa berkarya layaknya orang normal bahkan lebih? Hanya orientasinya berbeda. Lalu kenapa "dikucilkan"?
Ya betul bisa berkarya, kan berkarya ga pakai orientasi sexual tapi skill. Tapi hubungannya dengan kehidupan sosial, tatanannya jadi berantakan, misal laki luv laki, gimana menghasilkan keturunan? Adopsi? Nanti bilang ke anaknya bagaimana, mana ibu mana ayah. Sosok ibu tidak bisa digantikan seorang laki-laki. Anaknya jadi bingung dan jadi diomongin masyarakat, bagaimana dengan mental si anak. Apakah mendapat perlakuan seperti itu mental anak akan tumbuh normal? Kalian sayang anak atau tidak?
Bagaimana dengan kaum wanita? Dimata "kalian", wanita itu posisinya bagaimana?
Bagaimana dengan keluarga "kalian"? Bagaimana perasaan mereka? Bagaimana mereka menghadapi masyarakat? Apa salah mereka mendapat omongan orang yang terjadi karena perbuatan "kalian"? Adilkah itu?
Kalau orientasi kalian anggap normal, kenapa semua menjadi rumit dan salah? Cinta sejati membawa kedamaian keberkahan disekitar. Apakah itu benar cinta?
Kecewa dengan lawan jenis. Beralih ke sesama jenis?
Itu bukan alasan, kau sedang mencari alasan. Kau hanya bertemu dengan orang yang tidak tepat dan kau menyamaratakan semua. Kau terlalu cepat menyimpulkan sesuatu dan kau anggap itu benar.
Hak asasi "kami" memilih hidup seperti ini.
Eung?
Hak asasi tidak berbenturan dengan moral, nilai agama, ketertiban umum yang ada. So~~??
Diluar negeri sana, bahkan membiarkan pernikahan sejenis. Mereka bisa hidup berdampingan dengan yang hetero. Kami tidak merusak apapun?
Kesalahan yang dianggap benar itulah yang terjadi. Tapi bagaimanapun kita punya batasan untuk tidak mencampuri peraturan negara lain apalagi menghakimi..
Opini ini, untuk renungan saya atau mungkin orang lain supaya tetap pada kodratnya.
Tidak memusuhi "mereka". Hanya untuk membentengi diri.
Jawaban ada didiri anda sendiri.
Sekian.
Okeh. Sijak!
Jujur aja, gue baru ngeh istilah LGBT (Lesbi, Gay, Bisexual, Transgender) dari berita tentang organisasi pendukung LGBT, yakni SGRC (Support Group and Resource Center on Sexuality studies) yang markasnya di UI, didirikan sama anak lulusan UI, katanya juga SGRC pakai embel2 UI karena semua aktivitasnya di UI. Tapi~~ faktanya UI tidak pernah melegalkan organisasi tersebut dengan menggunakan nama UI. Walah ngaku2 dong namanya? Ga ijin itu~..
Pas ketahuan, baru deh ngajuin diri biar dapet ijin UI nya. Ga diijinin juga kalau ga salah.
Karena SGRC tadi, UI sempat dikira mendukug LGBT. Tujuan SGRC ini adalah menberikan pemahaman menyeluruh tentang masalah genre dan sexualitas. Ya intinya mengarah ke keinginan kaum LGBT diperlakuan sama dengan orang normal dan bukan dianggap memiliki orientasi menyimpang.
Berawal dari SGRC itu, bak gayung bersambut walau bukan sengaja, muncullah kasus mirna, yang meninggal karena kopi sianida. Jessica sebagai tersangka, diduga suka sama mirna alias lesbi tapi belum terbukti.
Ada lagi kasus yang berkaitan sama LGBT lagi, kasus indra bekti artis multitalent, bang bekti disangkakan melakukan pelecehan sexual ke sesama jenis, yakni terhadap gigih, si gigih mau aj karena diimingi jadi artis terkenal, adalagi korban lainnya yang lapor tapi belum tau kelanjutannya gimana.
Lanjut ke kasus bang ipul yang menyusul indra bekti, kasus ngelecehin sesama jenis, umurnya 16 thn inisial DS. Dari disuruh nginep, minta pijit, terus dilecehin, tapi masih dalam tahap pembuktian.
Jadi rame deh, ternyata LGBT sudah sedemikian berkembang di negeri ini.
Kalau lu tanya gue, dukung atau ngga? Jawaban gue, gue ga dukung LGBT dilegalkan. Tapi gue dukung LGBT yang mau berubah kembali ke kodratnya waktu lahir.
Kenapa ga dukung?
Gue bukan penceramah tapi jelas di agama tidak ada setengah laki setengah perempuan, laki itu sukanya perempuan, begitu sebaliknya. Lu pasti tau kaum Nabi Luth kan tentang kaum penyuka sesama jenis? Itu kaum diazab sama Allah, berarti itu kaum salah buanget.
Kalau jaman sekarang ada pemikiran fisik laki, jiwa perempuan. Itu hanya pemikiran lu yang salah. Lu laki dan harus jadi laki, balik ke kodrat lu, jangan ikutin bisikan dan pemikiran setan. Sudah tertulis di kitab suci laki atau perempuan. Kalau lu ditengah2nya berarti lu salah. Agama ga pernah salah, agama itu suci.
Berobat, beribadah adalah cara tepat. Bukannya nyari komunitas yang sama salahnya. Kesalahan lu jadi ga pernah bener nanti. Kacau hidup lu. Lu dibilang kemayu? Lu harus buktikan lu laki. Lu harus berkegiatan layaknya laki normal. Pasti bisa! Doa! biar setan yang bisikin lu ngilang.
Lu ngerasa lebih tertarik liat sesama laki? Dengar~ itu bukan cinta, itu nafsu yang menyesatkan. Cinta itu yang mendekatkan kita sama Allah bukan menjauhkan. See~
Begitupun berlaku bagi LBT.
Kaum LGBT bisa berkarya layaknya orang normal bahkan lebih? Hanya orientasinya berbeda. Lalu kenapa "dikucilkan"?
Ya betul bisa berkarya, kan berkarya ga pakai orientasi sexual tapi skill. Tapi hubungannya dengan kehidupan sosial, tatanannya jadi berantakan, misal laki luv laki, gimana menghasilkan keturunan? Adopsi? Nanti bilang ke anaknya bagaimana, mana ibu mana ayah. Sosok ibu tidak bisa digantikan seorang laki-laki. Anaknya jadi bingung dan jadi diomongin masyarakat, bagaimana dengan mental si anak. Apakah mendapat perlakuan seperti itu mental anak akan tumbuh normal? Kalian sayang anak atau tidak?
Bagaimana dengan kaum wanita? Dimata "kalian", wanita itu posisinya bagaimana?
Bagaimana dengan keluarga "kalian"? Bagaimana perasaan mereka? Bagaimana mereka menghadapi masyarakat? Apa salah mereka mendapat omongan orang yang terjadi karena perbuatan "kalian"? Adilkah itu?
Kalau orientasi kalian anggap normal, kenapa semua menjadi rumit dan salah? Cinta sejati membawa kedamaian keberkahan disekitar. Apakah itu benar cinta?
Kecewa dengan lawan jenis. Beralih ke sesama jenis?
Itu bukan alasan, kau sedang mencari alasan. Kau hanya bertemu dengan orang yang tidak tepat dan kau menyamaratakan semua. Kau terlalu cepat menyimpulkan sesuatu dan kau anggap itu benar.
Hak asasi "kami" memilih hidup seperti ini.
Eung?
Hak asasi tidak berbenturan dengan moral, nilai agama, ketertiban umum yang ada. So~~??
Diluar negeri sana, bahkan membiarkan pernikahan sejenis. Mereka bisa hidup berdampingan dengan yang hetero. Kami tidak merusak apapun?
Kesalahan yang dianggap benar itulah yang terjadi. Tapi bagaimanapun kita punya batasan untuk tidak mencampuri peraturan negara lain apalagi menghakimi..
Opini ini, untuk renungan saya atau mungkin orang lain supaya tetap pada kodratnya.
Tidak memusuhi "mereka". Hanya untuk membentengi diri.
Jawaban ada didiri anda sendiri.
Sekian.
posted from Bloggeroid
Komentar
Posting Komentar