Langsung ke konten utama

Susahnya jadi food blogger

Nah ini. Kebanyakan dari kita seneng makan. Makan makanan yang enak dan menarik untuk dilihat apalagi tempatnya nyaman dan unik. Hati senang, happy tummy banget deh.

Tapi ada harga yang dibayar untuk semua "kenikmatan" itu.
Kata orang, ada rupa ada harga
Misalnya ni ya, Makanan dessert yang cuantik seiprit2 itu, enak rasanya ditambah dengan penyajian eksklusif, naik level deh lu tapi harganyaaa~ menyaingi harga daging cuyyy. Bahkan bisa lebih mahal.

Mabok juga kalau mikirin harganya.
Susahnya jadi food blogger. Alias modal banget. Jadi nih, harus punya duit buat beli makannyalah, transport ke sananya juga butuh dipikirin, kalo niat banget, ya pakai kamera bagus buat fotoin makanan biar menggugah selera bagi yang liat.

Dengan segala hambatan-hambatan itu, Walhasil apa yang gue perbuat? Maunya jadi tukang icip gtu. Nyoba2 ke resto. Apa daya? bisanya yang murah meriah atau harga middle lah. Hampir ga kuat gue. Ckckck~ bahkan harus gue dijarakin waktunya buat nabung abis itu beli makanan lagi. Explore Indonesia sama explore makanan bisa2 mirip harganya.

Biar begitu, gue tetep suka makan dan icip2.
Menghayal banget bisa makan enak, gratisan, sekaligus bisa menghasilkan duit dari review2 makanan hasil hunting gue. Ah kapan ya itu terjadi di hidup gue. Disemogakan saja. Amin.

Sekian.
posted from Bloggeroid

posted from Bloggeroid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bibimbab versi mujigae

Makan ini bro~ Nasi aduk-aduk ala korea. Bibimbab.. yeeeeaaahh. Dulu udah pernah makan ini. Ga di foto aja. Sekarang ada kesempatan beli lagi , lebihan duit. Di foto deh. Harga 41.000 plus pajak. Isinya nasi , daging giling, wortel, toge, timun, telor, ditambah saos merah ala korea. Side dishnya fried chicken disaosin dan kimchi. Rasanya enak kok. Wajib coba. Udah disesuaikan sama lidah indonesia. Kalau yang asli koreanya gatau gue. Biar merah merona ga pedes sama sekali. Hehehe..

Slonong boy,, dropshipper

Gue sebelumnya gatau istilah ini. Tapi sekarang gue jadi paham, bisa dibilang begitu. Karena kondisi ketidaktahuan saya. Dropshipper itu macem perantara antara penjual dan pembeli. Berperan pula jadi sales. Bedanya, kalo ada barang terjual, nama pengirimnya bukanlah yang punya barang, saat dicatat di agen ekspedisi tapi nama si perantara tadi. Karena pembeli cuma tau si dropshipper nya. Yang saya ga suka dari praktek ini. Saya sebagai pemilik produk merasa jadi "pesuruh" si perantara. Masalahnya, si dropshipper ini tipe slonong boy. Di situs jual beli, dia, tanpa omongan apa-apa, mengklaim dirinya dropshipper yang membeli produk yang saya jual. Saya gatau dia mengiklankan yang bagaimana. Apakah mengambil gambar dan deskripsi dari saya, "tanpa ijin saya".. Atau mengambil katalog barang dari penjual yang lain dengan atau tanpa ijin atau ngambil googling atau punya sendiri tapi dia lagi kehabisan barang, jadinya beli ke saya. Sangat ga jelas sekali asal usulnya. ...

Pho, mie vietnam

Kulineran lagi.. "Kanker" ni kantong.. T_T Gue laper banget meeennn~ cuma minum air putih doang pas berangkat. Gue memutuskan makanan yang mengenyangkan.. Phooo~ Photaichin namanya IDR 44.000 ++ Ukuran small, smallnya aja gede, gimana yang big. Kenyang banget pastinya. Ini mie vietnam dengan irisan daging tipis2 tapi lumayan banyak irisannya. Mienya putih soft gitu, lembut, rasanya ga strong. Jadi makan banyak juga ga bakal begah. Dan.. Gue penasaran sama ini juga. Taraaaa~~~ Lumpia basah bahasa indonesianya. Bahasa kerennya fresh spring roll with shrimp. Wailah. Ini tuh, gara2 gue pengen ngerasain paper rice. Iya, pembungkusnya itu, pembungkusnya itu paper rice direndam air panas, setelah lentur nanti bisa buat bungkus. Isiannya, bihun, selada, udang. Ga puas sama makanan ini karena porsi bihunnya kebanyakan, tapi lumayan ketolong kok sama saosnya yang enak. Nah, ada lagi yang menarik perhatian gue. Tisu basah... Tisu basah buat elap-elap tangan....